
Bunda, mungkin pernah mendengar ungkapan tentang menjadi orang tua ialah proses belajar seumur hidup. Terang saja, soalnya Bunda perlu memahami fase tumbuh kembang si kecil sejak awal hingga akhir sembari mengerti sifat dan kebiasaan personalnya; tanpa melewatkan pemenuhan kebutuhan gizi dan kognitifnya juga. Salah satu fase pertumbuhan si kecil yang banyak dialami oleh orang tua adalah masalah anak susah makan.
Beberapa penyebab anak susah makan
Ketika anak mulai susah makan, Bunda pastinya merasa khawatir dan mulai menerka-nerka apa yang salah dengan makanan atau diri si kecil. Sebetulnya persoalan ini adalah hal normal dalam proses tumbuh kembang anak. Sebab, seperti yang dilansir dari situs Healthline, ada beberapa hal yang menjadi penyebab umum saat anak susah makan, contohnya adalah:
- Ada di fase pertumbuhan yang menurun
Apakah anak Bunda saat ini berusia dua atau tiga tahun? Jika iya, maka Bunda tidak perlu cemas soal ia yang mulai susah makan. Pasalnya, usia-usia tersebut adalah fase ketika tumbuh kembang balita mulai menurun. Sebagai akibatnya, nafsu makan si kecil juga akan menurun dan ia menjadi susah makan. Namun, ini adalah fase yang normal pada balita dan nantinya akan kembali normal dengan sendirinya.
- Mengalami percepatan pertumbuhan yang singkat
Penyebab kedua anak menjadi susah makan ialah short spurt in growth atau percepatan pertumbuhan yang singkat. Menurut laman The Nourished Child, fase ini biasa terjadi pada anak-anak usia sekolah, yang pada umumnya sudah punya nafsu makan harian yang teratur. Ketika fase ini berakhir, selera makan anak akan ikut menurun. Namun lagi-lagi Bunda tidak perlu khawatir, sebab, ini adalah hal yang normal.
- Merasa aktivitas makan adalah sebuah paksaan
Pernahkah Bunda memaksa si kecil untuk makan—terutama saat Bunda memberi menu baru? Kalau iya, ini bisa menjadi potensi utama anak susah makan, lho, Bunda. Soalnya, penelitian medis menunjukkan bahwa anak-anak yang dipaksa, diperintah, atau diintimidasi untuk makan akan membuatnya tidak mau mencoba makanan baru lagi. Termasuk saat Bundamemaksa anak menerima satu suapan lagi atau bahkan menghabiskan makanan di piringnya. Dampaknya, anak bisa menjadi picky eater atau pemilih makanan dan susah makan. Tak hanya itu, anak juga berkemungkinan menumbuhkan kebiasaan makan asal-asalan dan tidak sehat, lho, Bunda.
- Anak punya indra pengecap yang sensitif (supertaster)
Supertaster atau memiliki indra pengecap yang sensitif dapat membuat anak merasakan rasa suatu makanan tertentu lebih kuat daripada orang lain (Healthline). Dengan begitu, ia bisa merasakan rasa pahit atau asam yang cukup mengganggu. Mungkin saja, anak Bunda adalah supertaster; sehingga ketika ia diberi sayuran tertentu atau daging, ia merasa tidak ingin memakannya lagi lantaran rasa makanan tersebut yang begitu tajam di lidahnya.
- Anak terdistraksi
Penyebab berikutnya adalah adanya distraksi atau gangguan. Kondisi ini paling sering terjadi ketika Bunda membiasakan aktivitas makan si kecil bersamaan dengan aktivitas lain; misalnya saja sambil menonton televisi atau bermain. Alih-alih mempercepat proses makan, anak justru akan kehilangan fokus pada makanannya dan menjadi susah makan.
Penyebab lain yang didasari oleh kondisi medis
Di luar beberapa poin di atas, penyebab lain anak susah makan juga dapat didasari oleh sejumlah kondisi medis seperti di bawah ini. Hanya saja, penting untuk digarisbawahi bahwa kondisi-kondisi berikut adalah situasi yang cukup jarang terjadi.
- Terinfeksi virus
Apabila anak Bunda susah makan secara tiba-tiba, ada kemungkinan ia terserang penyakit perut akibat infeksi virus seperti norovirus, rotavirus, astrovirus, enteric adenovirus, ataupun virus yang kini sedang merebak: coronavirus (COVID-19) (MedlinePlus).
- Mengalami gangguan makan
Anoreksia (kehilangan selera makan) atau gangguan makan lainnya memang paling banyak ditemukan pada remaja. Namun, menurut sebuah penelitian yang dikutip oleh laman Verywell Health, gangguan makan ini juga ditemukan pada anak-anak berusia sekitar 7 tahun atau kurang.
- Punya masalah sensorik
Berbeda dengan supertaster, anak dengan masalah sensorik memiliki sensitivitas terhadap tekstur atau warna makanan tertentu. Menurut situs Healthline, kedua masalah ini bervariasi dari satu anak dengan anak lain. Contoh anak dengan masalah sensorik adalah anak yang hanya bisa menolerir makanan lunak dan akan muntah ketika diberi makanan bertekstur renyah.
Cara mengatasi anak susah makan
Setelah mengetahui apa saja kemungkinan penyebab si kecil menjadi malas makan, Bunda tentu ingin tahu solusi mengatasi masalah ini. Berikut adalah cara mengatasi persoalan anak yang susah makan berdasarkan sejumlah penyebab di atas:
- Makan bersama
Force feeding atau memaksa anak untuk makan, seperti yang telah dijelaskan di atas, justru dapat membuat anak jadi susah makan. Sebagai gantinya, Bunda dapat mengajak anak untuk makan bersama dengan menu yang sama. Menurut beberapa sumber, metode ini dapat menumbuhkan kepercayaan serta kemauan anak untuk memakan hidangan yang telah Bunda siapkan. Jangan lupa juga untuk tetap sabar menghadapi si kecil, ya, Bunda.
- Mengubah sajian hidangan
Menurut The Nourished Child, anak dengan indra pengecap sensitif atau supertaster bisa menjadi pemilih makanan, terutama pada sayur-sayuran yang pahit. Untuk itu, Bunda bisa coba memberikan hidangan makanan yang berbeda. Sebagai contoh, Bunda dapat menyajikan sayuran seperti labu, wortel, ubi jalar, atau jagung yang memiliki rasa manis. Bunda bisa juga menambahkan saus, misalnya saus keju atau teriyaki, pada menu makanannya untuk menyamarkan rasa pahit.
- Mengajak makan di meja makan
Sekarang Bunda tahu kalau memberi makan anak sambil membiarkannya melakukan aktivitas lain itu tidak efektif dan malah membuat anak susah makan. Untuk itu, Bunda dapat mulai mengajaknya makan di meja makan bersama Bunda, Ayah, juga anggota keluarga yang lain. Tak hanya akan membuat si kecil lebih fokus pada makanan, kebiasaan ini juga bisa menjadi ajang menumbuhkan ikatan antara orang tua dan anak melalui obrolan-obrolan kecil di meja makan. Jangan lupa untuk menyingkirkan ponsel Bunda dan Ayah juga agar ikut fokus makan bersama si kecil, ya. Sebab, orang tua serta orang di sekitar adalah sosok-sosok yang akan dicontoh anak.
- Mengunjungi dokter anak
Apabila frekuensi tidak mau makan si kecil cukup tinggi atau sampai menimbulkan perubahan pada fisiknya, Bunda dapat mengajaknya untuk mengunjungi dokter. Sebab mungkin saja memang ada masalah kesehatan yang serius dan membutuhkan diagnosis serta penanganan khusus.
Bunda, demikianlah ulasan mengenai penyebab dan cara mengatasi anak susah makan. Selain beberapa tips di atas, Bunda juga bisa memberi si kecil suplemen Anak Sehat dari Sido Muncul untuk mengembalikan nafsu makannya. Terbuat dari komposisi tujuh bahan alami pilihan, produk herbal khusus untuk anak-anak ini berkhasiat bagi masa pertumbuhan anak-anak; terutama ketika anak kehilangan nafsu makan.
Semoga informasi dalam artikel ini dapat menambah wawasan Bunda dan membantu Bunda menemukan jalan keluar dari fase pertumbuhan si kecil yang satu ini, ya!